SMA NEGERI 2 KOTA KEDIRI

Sekolah Favorit di Kota Kediri, Alumninya tersebar di pucuk pimpinan Indonesia

MAN KEDIRI II KOTA KEDIRI

Sekolah agama favorit di kota kediri bercirikan live skill

Monumen Gumul Kediri

Tempat Wisata Kabupaten Kediri yang indah dan menarik

Peta Kota Kediri

Kediri terletak antara kabupaten Jombang, Blitar, Tulung Agung dan Nganjuk

Wisata Gunung Klothok Kediri

Gua Selomangleng, Pemandian dan tempat bermain anak-anak

Kamis, 21 Agustus 2014

Murai Batu Import

Selain Murai Batu asli Indonesia, ada juga Murai Batu yang berasal dari luar Indonesia atau biasa disebut Murai Import. Postur tubuh tidak terlalu berbeda. Pada beberapa species Murai Batu Import, corak warna tubuh hampir sama dengan Murai yang ada di Indonesia, tetapi pada beberapa species lain memiliki corak warna yang sangat berbeda.

Kemampuan berkicau burung Murai Batu dari negeri tetangga juga baik. Beberapa kolektor burung Murai Batu di Indonesia yang memiliki jenis dari luar seperti dari Malaysia dan Thailand juga pernah mengikutsertakan burung Murai Import ini dalam beberapa kontes perlombaan burung yang diadakan di Indonesia. Hal ini membuat persaingan di kelas Murai Batu semakin sengit.

Murai Batu Import tersebut adalah:

1. Murai Batu Malaysia
Copsychus interpositusssp interpositus
Hidup tersebar di wilayah Semenanjung Malaysia. Mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari ukuran tubuh Murai Batu Medan. Corak warna tubuh sama dengan Murai Batu Medan.
Ukuran panjang ekor bisa mencapai 35 cm dan tipis serta lentur.

Kemampuan berkicau juga bagus. Tingkat kecerdasan yang baik sehingga dengan mudah menyerap suara-suara yang ada di sekelilingnya.

Dari pendapat para penggemar burung di Indonesia, burung Murai Batu Malaysia walaupun memiliki kecerdasarn yang sama baiknya dengan Murai Batu Medan, tapi karena memiliki ekor yang sangat panjang, membuat burung ini cepat terkuras staminanya, sehingga di pertengahan kontes sering berhenti sejenak.



2. Murai Batu Thailand
Burung ini biasanya sangat dicari oleh penggemar burung murai. Ukuran tubuh lebih kecil dari murai batu medan, panjang ekor bisa mencapai 35 cm bahkan terkadang lebih panjang lagi. Warna bulu berwarna kebiru-biruan (indigo). Hidup di sekitar perbatasan Thailand dan Malaysia.



Copsychus malabaricus ssp indicus
(burung milik seseorang hobbiest dan peneliti Murai di Singapura)


3. Murai Philippines
Murai Philippines terdapat beberapa species kerabat Murai, antara lain :

3.1. Murai Luzon (Copsychus luzoniensis), White Browed Shama
Copsychus luzoniensis
(tampak belakang)
Jenis ini sebenarnya lebih layak apabila disebut sebagai Murai Hias, karena keindahan warna tubuh yang dimilikinya. Oleh sebab itu burung ini sangat diminati oleh para kolektor murai batu.


Copsychus luzoniensis
(tampak depan)
Keunikan dari Murai Luzon ini adalah memiliki perut dan dada berwarna putih, membuat burung ini apabila dilihat dari depan, sekilas seperti sepupunya dari spesies Copsychus saularis (Kacer Hitam Putih/ Kacer Dada Putih).






3.2. Murai Cebu (Copsychus cebuensis), Black Shama
Selain murai Luzon yang berbulu indah, ada juga jenis Murai Philippines yang terdapat di Cebu, biasa disebut sebagai Murai Cebu yang kebanyakan berwarna hitam polos.

Beberapa subspecies Murai Cebu berwarna kebiru-biruan pada seluruh tubuhnya, ada juga yang memiliki warna putih pada perut dan ekor bagian bawah.






3.3. Murai Niger (Copsychus niger), White Vented Shama
Copsychus niger
Copsychus niger (Lokasi Busuanga)
Jenis ini tersebar di Palawan, Calamian, Balabac dan Sabang. Memiliki warna hitam pada seluruh tubuhnya.

Pernah masuk di Indonesia dengan nama Murai Papua (sebuah penamaan yang salah).



Beberapa species ini terdapat warna putih pada perut.

Ekor lebih panjang dari Murai Luzon atau Murai Cebu.
Kicauan burung ini di alamnya agak monoton dan sedikit berdesah, tapi beberapa juga mampu mengeluarkan suara yang bervariasi dan indah.

Anis Hutan (Sunda Thrush)

Sunda Thrush
(Zoothera andromedae)
Sunda Thrush (Zoothera andromedae), burung ini adalah burung asli Indonesia, tersebar di Sumatra (Bengkulu, pulau Enggano), Jawa Barat, Bali, Lombok, Malaysia dan Filipina.
Burung memiliki nama inggris Sunda Thrush, kalau diartikan apa jadi Punglor Sunda ? atau Anis Sunda ? tentu nama ini asing kedengarannya. Sedangkan di daerah Jawa Barat sendiri, terutama yang tinggal di sekitar kaki gunung Gede, burung ini sering disebut sebagai Anis Hutan.

Sunda Thrush (Zoothera andromedae) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis Punglor (Anis), yang ada di Indonesia dan salah satu dari 39 spesies Zoothera yang ada di dunia.
Dilihat dari postur tubuh, burung ini lebih mendekati bentuk Punglor Sisik (Zoothera dauma/ Common Scaly Thrush) yang berasal dari pulau Sumatra (Sumatra Utara).
Corak tubuh juga memiliki sisik yang mirip dengan Punglor Sisik, hanya saja corak sisiknya tidak sebanyak Punglor Sisik.

Sunda Thrush, hidup atau berhabitat di hutan dataran rendah lembab subtropis atau tropis dan juga terdapat di hutan pegunungan lembab subtropis atau tropis.
Suka mencari makanan di atas permukaan tanah, mencari cacing dan serangga kecil di bawah lapisan tanah paling atas. Buah-buahan hutan juga menjadi pakan alternatif bagi burung ini, apabila cacing dan serangga tidak ditemukan.

Kemampuan berkicaunya, menurut beberapa referensi dikatakan burung ini juga memiliki kicauan yang lumayan merdu, dengan nada sedikit berdesah, tapi bisa mengalun panjang. Tapi karena karena termasuk burung yang mudah stress, agak susah untuk membuat burung ini berkicau. Adaptasi yang susah dengan tempat barunya, sehingga memerlukan waktu yang lumayan lama untuk melatih burung ini berkicau.Linkwithi

Punglor Macan

Punglor Macan
(Zoothera dohertyi)

Punglor Macan (Chesnut-backed Thrush), adalah salah satu dari keluarga Punglor (Anis) yang ada di Indonesia, yang memiliki nama ilmiah Zoothera dohertyi, dari namanya masih satu genus dengan keluarga Punglor lainnya seperti Punglor Kembang (Zoothera interpres) dan Punglor Merah (Zoothera citrina). Sama seperti kerabat punglor lainnya, Punglor Macan juga pintar berkicau dan menyenandungkan kicauan yang lembut dan merdu.

Penyebaran Punglor Macan menurut beberapa referensi dikatakan tersebar di Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba dan Timor. Kadang Punglor Macan disebut juga sebagai Punglor Ampenan, dikarenakan pasokan burung Punglor Macan di pulau Jawa dan Sumatra banyak berasal dari daerah Ampenan.
Kemiripan postur tubuh Punglor Macan yang sekilas mirip dengan Punglor Kembang, sehingga banyak orang sedikit bingung membedakan antara Punglor Macan dengan Punglor Kembang. Perbedaan utama terlihat dari ukuran tubuh. Punglor Macan berukuran lebih besar dari Punglor Kembang. Pada bagian kepala Punglor Macan juga didominasi dengan warna hitam, sedangkan bagian kepala Punglor Kembang berwarna coklat. Karena kemiripan ini kadang-kadang para penjual burung menyebut Punglor Macan sebagai Punglor Kembang Ampenan.

Punglor Macan adalah monotypic species, yang berarti tidak memiliki varian (subspecies). Populasi Punglor Macan saat ini di beberapa wilayah seperti di Lombok mengalami penurunan drastis, akibat perburuan liar terhadap burung ini. Untungnya saat ini penangkaran terhadap burung ini semakin banyak ditekuni oleh para penggemar dan pecinta burung di Indonesia, sehingga kita tidak terlalu kuatir tentang masa depan burung ini.
Burung ini di habitatnya berada di hutan basah, terutama yang berada dekat sumber air. Kebiasaan hidup suka mengais-ngais tanah untuk mencari sumber makanan, seperti cacing, ulat tanah dan serangga-serangga kecil yang berada di tanah yang lembab. Selain itu beberapa jenis buah-buahan juga kadang disantap oleh burung ini.
Perawatan:
Apabila di pelihara dalam sangkar, Punglor Macan bisa menerima pakan buatan (voer), jangkrik ukuran sedang, kroto dan buah-buahan seperti pisang, apel dan pepaya. Tapi makanan favoritnya adalah cacing yang berukuran sedang dan kecil.
Mandi di pagi hari, sangat baik untuk memacu burung ini agar cepat dan rajin berbunyi. Pada awal pemeliharaan burung ini, sebaiknya ditempatkan di tempat yang tenang, seperti di samping dan belakang rumah. Biarkan burung terbiasa dengan suasana barunya, dan biasanya setelah burung beradaptasi dengan tempat barunya, akan mulai ngriwik (belajar mengeluarkan kicauan secara perlahan).
Menurut beberapa penggemar burung kicauan, bahwa burung Punglor Macan adalah burung yang kurang memiliki sifat tarung (fighter), sehingga kurang maksimal ketika digantang di kontes lomba burung. Tapi dengan perawatan rutin dan sabar, tentunya burung ini pasti bisa menjadi burung yang handal.

Kacer

Misteri Kacer Mbagong

Setiap penggemar Kacer pasti pernah mengalami kejadian dimana kacer kebanggaannya tiba-tiba mengeluarkan suara crrrrr .... crrrrrr ...., tubuh menggembung, serta kadang malah membuka sayap. Peristiwa ini kerap membuat kita marah, malu dan jengkel. Kondisi seperti ini biasanya di kalangan penggemar kacer, disebut sebagai "nguda laut", "mbagong", "mbedesi" atau "ngebagong".
Hal seperti ini sering membingungkan bahkan membuat putus asa bagi para pemula, sehingga tanpa "ba bi bu" langsung menjual burung kacer nya dengan harga murah.
Bahkan pemain kacer yang sudah malang melintang pun kadang geram kaget melihat kacernya yang sudah sering juara yang dibeli dengan harga mahal, tiba-tiba ngebagong.

Ngebagong atau Nguda Laut, bagi kacer sebenarnya memiliki beberapa tipe karakter.
1. kacer yang memang bermental tempe alias pengecut.
2. kacer yang masih berusia muda.
3. kacer yang sedang dalam kondisi terlalu birahi.
4. kacer yang sedang memasuki masa mabung (ganti bulu).
5. kacer yang sedang mengalami kondisi fisik ngedrop (akibat salah rawat atau kurang dirawat).
6. kacer yang mengalami trauma, akibat kecelakaan atau pernah sakit dalam waktu lama.
7. kacer yang mengalami kondisi stress bulu.
8. kacer yang sudah dalam kondisi jenuh (akibat terlalu sering dilombakan).

Jadi, kalau kacer anda ngebagong, silahkan di kira-kira kacer anda masuk kategori yang mana, dari no. 1 sampai dengan no. 8  ?
Kalau kacer anda masuk dalam kategori no. 1, sebaiknya segera dicarikan penggantinya yang baru. Sedangkan untuk no. 2 s/d. 8. masih memiliki harapan akan kembali ke kondisi semula, tentunya dengan perawatan rutin dan kesabaran.

Murai Batu

Murai Batu (White Rumped Shama), termasuk dalam genus Copsychus. Burung ini sangat populer di kalangan penggemar burung di kawasan Asia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kemampuan berkicau burung Murai Batu yang luar biasa membuat burung ini bernilai tinggi dan menjadi incaran para penggemar burung. Di Indonesia burung ini tersebar mulai dari Sumatra, Kalimantan dan Jawa, tapi memiliki bentuk dan karakter suara yang berbeda-beda, sehingga dibedakan berdasarkan sub-speciesnya.

Burung Murai Batu yang dikenal di Indonesia terdiri dari:
  1. Murai Medan,
    penyebaran: bukit Lawang, Bohorok, kaki gunung Leuser wilayah Sumatra Utara. Panjang ekor 27 - 30 cm.
  2. Murai Aceh, penyebaran: di kaki g. Leuser wil. Aceh. Panjang ekor 25 - 30 cm.
  3. Murai Nias, penyebaran: pulau Nias. Panjang ekor 20 - 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna hitam.
  4. Murai Jambi, penyebaran: Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.
  5. Murai Lampung, penyebaran: hidup di Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih besar dari Murai Medan. Panjang ekor 15 - 20 cm.
  6. Murai Banjar (Borneo), jenis ini paling populer di Kalimantan, karena sering merajai berbagai lomba di Kalimantan. penyebaran: di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 - 12 cm.
  7. Murai Palangka (Borneo), panjang ekor 15 - 18 cm. penyebaran: Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
  8. Larwo (Murai Jawa), penyebaran: Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ukuran tubuh jauh lebih kecil dari murai medan. Panjang ekor 8 - 10 cm. Jenis ini sudah sangat langka ditemukan. Dari beberapa pemberitaan dikatakan bahwa burung dinyatakan nyaris punah. 

Selain dari 8 jenis Murai Batu di atas, ada juga kerabat Murai Batu yang berasal dari negeri tetangga, yaitu :
  1. Murai Malaysia, penyebaran: Penang. Ekor tipis dan panjang sekitar 30 - 33 cm dan postur tubuh lebih besar dari murai medan.
  2. Murai Thailand, penyebaran: di perbatasan Thailand dan Malaysia, tubuh lebih besar dari murai medan, panjang ekor 32 - 35 cm dan warna hitam mengkilat indigo (kebiru-biruan).
  3. Murai Filipin, penyebaran: wilayah Luzon dan Catanduanes. Jenis ini lebih tepat disebut Murai Hias, karena memiliki corak warna tubuh yang sangat indah.

Murai Batu serta kerabatnya dikelompokkan dalam beberapa species, sbb :
1. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama),
2. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama),
3. Copsychus niger (White Vented Shama)
4. Copsychus cebuensis (Black Shama).
5. Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama)


Subspecies, Ciri-ciri dan Penyebaran

Copsychus malabaricus (White Rumped Shama)


Terdiri dari 19 subspecies :
  1. interpositus (Nepal, India, Myanmar, Yunan -China, Thailand dan Indochina)
  2. stricklandii (Sabah, Kalimantan)
  3. andamanensis (Andaman, Nicobar)
  4. albiventris (Andaman)
  5. indicus (Nepal, Indochina)
  6. pellogynus (Myanmar, Peninsular)
  7. minor (Hainan-China)
  8. mallopercnus (Malaysia)
  9. javanus (Jawa Barat dan Jawa Tengah)
  10. omissus
  11. barbouri (Maratua, Kalimantan Timur)
  12. leggei (Sri Lanka)
  13. malabaricus (India)
  14. macrourus (Con Son, Vietnam Selatan)
  15. tricolor (Malaysia, Sumatra, Natuna Island dan Anamba)
  16. melanurus (Sumatra bagian Barat, Enggano)
  17. suavis (Sarawak, Kalimantan)
  18. mirabilis (Prinsen Island)
  19. nigricauda (Kangean Island)

Copsychus luzoniensis (White Browed Shama)


Terdiri dari 4 subspecies, yaitu :
1. luzoniensis (Luzon, Catanduanes)
2. parvimaculatus (Polillo)
3. shemleyi (Marinduque)
4. superciliaris (Masbate, Negros, Panay, Ticao)






Copsychus niger (White Vented Shama)

Tersebar di Palawan, Calamian, Balabac, Sabang (all in Philippines).
hanya terdiri dari 1 species.








Copsychus cebuensis (Black Shama)
penyebaran di wilayah Cebu Philippines
hanya terdiri dari 1 species.








Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama)

Penyebaran di Way Kambas (Lampung Indonesia), Thailand, Malaysia dan Borneo.





Punglor Kayu

Punglor Kayu,
: Eyebrowed Thrush
: (Turdus obscurus)

by: © Alex Vargas
Punglor Kayu, Eyebrowed Thrush (Turdus obscurus) atau kadang disebut Punglor Kuning, adalah salah satu burung Punglor (Anis) dari genus Turdus. Burung ini kadang disebut sebagai Punglor Kening. Apapun namanya, burung ini masih jenis Punglor dari genus Turdus, dan masih berkerabat dari jenis punglor lainnya yang ber-genus Zoothera.

Punglor Kuning, tidaklah sepopuler kerabat punglor lainnya, seperti Punglor Merah, Kembang, Macan, Cendana dll. Bagi sebagian penggemar burung kicauan, burung ini termasuk "susah bunyi" dan kurang greget untuk dikonteskan. Tapi walaupun begitu, bukan berarti burung ini tidak menarik untuk dipelihara. Burung ini juga mampu berkicau menarik dengan ciri khas tersendiri. Walau kicauan khasnya tidak bisa sehalus kerabatnya dari genus Zoothera, agak kasar dengan suara "crrr chek chek" dikombinasi dengan sempritan pendek dan desah panjang, kadang bisa ngerol juga, tergantung kemampuan si burung merekam suara di sekitarnya.

File:Eyebrowed Thrush.jpg
source: http://en.wikipedia.org
Klasifikasi:
Class: Aves
Order: Passeriformes
Family: Turdidae
Genus: Turdus
Species: Turdus obscurus, Gmelin, 1978

Punglor Kayu, memiliki semacam alis di atas matanya, karena itulah dia diberinama Eyebrowed Thrush, dengan ciri, coklat kekuningan. Jantan dan betina hampir tidak bisa dibedakan, karena memiliki pemampilan yang nyaris serupa. Mugkin dari penampilan sorot mata yang tajam dari sang jantan baru bisa kita membedakannya.

Burung ini masih banyak beredar di pasar-pasar burung Indonesia, dengan kisaran harga Rp. 100.000 hingga Rp. 150.000. Harga yang tidak mahal, mengingat burung ini kurang diminati para penggemar burung. Tapi dengan perawatan yang rutin dan sabar, bisa jadi burung ini bisa dipoles menjadi burung yang tidak kalah dengan kerabat punglor lainnya.

Punglor Kayu, sebenarnya berasal dari Siberia, hidup dan berkembang biak di hutan pinus yang lebat. Pada musin dingin di Siberia, burung-burung ini bermigrasi dalam kelompok-kelompok kecil ke daerah hangat ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Gerakan migrasi burung ini, tercatat pernah sampai Australia.
Bersarang dan bertelur di pohon, meletakkan 4-6 telur dalam sarang yang terbuat rapi. Punglor Kayu biasanya mencari makan di atas tanah yang lembab, mencari berbagai jenis serangga, cacing tanah dan biji-bijian. Burung jantan bersiul (berkicau) dengan lagu yang yang sederhana, mirip dengan Mistle Thrush.

Jalak Bali

Jalak Bali atau Leucopsar rothschildi, di daerah asalnya pulau Bali disebut sebagai Curik. Burung ini memiliki ukuran tubuh agak besar, panjang tubuh dari kepala sampai ekor bisa mencapai 25 cm. Burung Jalak Bali ini hanya terdapat di pulau Bali (endemik). Dahulunya pernah ditemukan di pulau Lombok, tetapi itu diduga burung Jalak Bali yang bermigrasi sementara ke pulau Lombok, dan saat ini di pulau Lombok tidak pernah lagi ditemukan burung ini, jadi burung Jalak Bali ini hanya ada di pulau Bali.

Klasifikasi Ilmiah:
kerajaan:  Animalia
filum:       Chordata
ordo:        Aves
famili:      Sturnidae
species:  Leucopsar rothschildi
Burung Jalak Bali ini memiliki ciri khusus, warna putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Pada bagian pipi tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina, sekilas hampir tidak ada bedanya, hanya saja dapat dibedakan dari ukuran tubuh jantan biasanya lebih besar dari betina, serta jambul di bagian kepala lebih tegak dari burung betina. 
Burung Jalak Bali ini adalah burung yang memiliki karakter riang, suka berkicau bahkan menari di saat sedang bermain air di kolam-kolam kecil. Sehingga membuat jatuh cinta bagi siapa saja yang melihatnya.

Ciri-ciri:

Warna bulu di sekujur tubuhnya putih bersih dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Sedangkan bagian pipi tidak ditumbuhi bulu.
Jalak bali mempunyai mata yang berwarna coklat tua, sedangkan daerah di sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua. Ini tampak kontras dengan warna bulu badannya.
Kepalanya dihiasi jambul. Keindahan yang mempesona ini terdapat pada jenis kelamin jantan maupun pada betina. Bedanya, jalak Bali jantan mempunyai jambul yang berukuran lebih panjang.
Jalak bali mempunyai kaki yang berwarna abu-abu biru dengan empat jari jemari (satu ke belakang dan tiga ke depan).
Paruh jalak bali berbentuk runcing dengan panjang 2-5 cm, dengan bentuk yang khas karena pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Jalak bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka, berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Jalak bali makan sebanyak satu kali sehari dan makanan yang dikonsumsinya adalah serangga, cacing, dan jangkrik. la juga memanfaatkan tumbuhan sebagai makanannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang.
Jalak bali adalah burung yang suka bergerombol, tetapi jika sudah menemukan pasangannya maka burung-burung tersebut akan hidup berdua. Mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175 cm. Di alam, burung ini menunjukkan proses berbiak pada periode musim penghujan, berkisar bulan November hingga Mei. Telur jalak bali berbentuk oval dan berwarna hijau kebiruan. Untuk pengeraman telurnya, jalak bali memerlukan waktu selama 17 hari.


Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911, menemukan dan memberi nama ilmiah pada burung Jalak Bali yaitu Leucopsar rothschildi, yang diberi nama sesuai dengan nama Walter Rothschild seorang pakar hewan dari Inggris yang pertama kali menyusun deskripsi spesies burung pada tahun 1912.

Jalak Bali sebagai salah satu burung eksotis di Indonesia, sering menjadi incaran para kolektor burung maupun pemburu liar demi mengejar harga mahal burung ini. Populasi burung Jalak Bali saat ini sangat terancam kepunahan, habitatnya yang mulai terganggu oleh pemukiman masyarakat, maupun lalu lalang masyarakat di sekitar habitat Jalak Bali. Diduga Jalak Bali ini hanya tinggal belasan ekor saja di alam bebas.

Untungnya keadaan kritis Jalak Bali ini mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya burung Jalak Bali ini sebagai burung yang dilindungi oleh undang-undang. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan satwa yang dilarang diperdagangkan, kecuali dari hasil penangkaran dari generasi ketiga (indukan bukan dari alam). Hal lain yang menggembirakan adalah dengan mulai maraknya penangkaran burung Jalak Bali ini di pulau Jawa oleh para penangkar burung. Dengan begitu kehidupan Jalak Bali ini dapat dipertahankan dan dihindari dari kepunahan.  Salah satu penangkaran didirikan di Buleleng, Bali sejak tahun 1995.